RESENSI NOVEL ”LAYLA MAJNUN”
hay
guys..!! berjumpa lagi di blog saya, zhara kalyca mau bagi-bagi hasil
resensi niihh,, dijamin pasti kalian tertarik dengan buku yang satu ini,
buku roman cinta paling populer dan abadi. kisah cinta yang begitu
sejati.. buruan! baca ceritanya, dan lihat bagaimana indahnya
syair-syair Qays yang dilantunkan untuk kekasihnya Layla dalam kehidupan
liarnya. sejarah sudah mencatat kisah cinta sejatinya,,, jangan hanya
mendengar cerita dari mulut ke mulut, langsung saja baca ceritanya,
selamat membaca! ;-)
\
Identitas buku
Judul :
Layla Majnun
Penulis : Syaikh Nizami
Penerbit : Navila
Kota Terbit : Jl. Pakelmulyo UH V/411 Golo Umbulharjo Yogyakarta
Cetakan : Ke-1 April 2002
Penulis : Syaikh Nizami
Penerbit : Navila
Kota Terbit : Jl. Pakelmulyo UH V/411 Golo Umbulharjo Yogyakarta
Cetakan : Ke-1 April 2002
Ke-23 November 2005
Tebal
Buku : 198 halaman
ISBN : 979-9503-12-4
ISBN : 979-9503-12-4
Alkisah, sebuah kabilah bani Amir di
lembah Hijaz dipimpin seorang lelaki yang sudah uzur yang bernama Syed Omri, kekuasaannya
disegani laksana kekuasaan seorang raja, dia memiliki kekayaan yang melimpah. Dia
seorang yang baik, dermawan dan indah sosok budinya. Namun, kepuasaan itu cukup
setelah bertahun-tahun dia menunggu dan berdo’a untuk dikaruniai seorang anak. Istrinya
yang lembut telah melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan, mempesona, dan
mempuat semua orang terpanah, Namanya adalah Qays.
Setelah beberapa tahun, Syed Omri
menitipkan Qays kepada sang guru agar Qays menjadi pemuda terhormat kelak. Di sekolah
itu, Qays menjadi anak yang pandai, dia juga memiliki kefasihan lidah dan
pandai merangkai kata menjadi sebuah syair yang indah. Suatu ketika Qays
melihat seorang wanita yang begitu cantik dan indah, wajahnya bersinah bak mutiara
yang terdampar di tepi laut, dia adalah
Layla, yah, cahaya dari waktu malam. Keduanya berkenalan selayaknya seorang
sahabat, kemudian dia saling jatuh cinta dalam rahasia. Waktu terus berjalan,
hingga kabar percintaan mereka terdengar sampai kedua orang tua layla.
Dari kabar itu, layla dikurung dan
dipenjara oleh orang tuanya sendiri. Seorang wanita dan seorang lelaki tidak
boleh bercumbu dan menciptakan cinta.
Mereka menganggap
cinta adalah dosa
Cinta
bagi mereka adalah noda yang harus dibasuh hingga bersih
Padahal
kalbuku telah menjadi tawanannya
Dan
ia juga merindukanku (hal 17)
Layla dan Qays sama-sama merindu,
mereka ingin bertemu dan tak tahan dengan penyakit cinta yang mereka rasakan,
hingga suatu malam Qays diam-diam berjalan mendekati rumah Layla. Kesedihan Qays
begitu mendalam, Layla akan segera menikah dengan seorang pemuda pilihan
ayahnya. Layla juga akan dipindahkan ke lembah Nejd. Sempat Syed Omri
melamarkan Layla untuk anaknya Qays, namun lamaran itu ditolak dengan mudahnya.
Setelah Layla dan Qays berpisah lama, Qays menjadi seorang pemuda yang gila dan
dijuluki “MAJNUN”, masa depannya suram karena kecintaannya pada Layla, Qays
sering mendapat hinaan dan cemoohan oleh masyarakat sekitar hingga ia
memutuskan pergi dan berteman liar dengan alam yang sepi dan menakutkan, Qays
tinggal disebuah gua dengan ditemani binatang-binatang buas, mulutnya tak
pernah berhenti memanggil nama Layla, matanya kosong tanpa arah, bajunya compang-camping
seperti gelandangan, Syed Omri sedih melihat anak satu-satunya dibutakan oleh
cinta yang tak bermakna. Syed Omri terus membujuk agar Qays kembali pulang dan
memikirkan masa depannya, Qays pun pulang dan mencium kaki ayahnya, dia berkata
“wahai ayahanda, kesedihan adalah takdirku, penderitaan telah menghabiskan
masa mudaku. Aku duduk dalam kegelapan, berselimut debu, dan telah kuucapkan
selamat tinggal pada semua kenikmatan duniawi yang menggoda”(hal 62). Namun,
kesadaran Qays tidak berlangsung lama, dia kembali gila dan pergi menanjaki
alam liar beralaskan hawa yang dingin. Beberapa kali orang membujuk Qays, tapi
semua itu tak ada artinya dibanding Layla kekasihnya. Begitu juga dengan Layla,
ia masih menjaga kesucian cintanya kepada Qays, dia tidak pernah melenyapkan
bayangan Qays dari matanya, selama bertahun-tahun suami Layla tidak pernah
menjamah kehormatan Layla.
Zayd adalah orang kepercayaan Layla,
dia diutus Layla untuk mencari Qays dan memberikan surat padanya yang berisi,
……………….
Wahai Qays, engkau telah memberiku cintamu padaku. Cinta yang
kuperoleh darimu, seakan berasal dari langit. Engkau harus tau bahwa kehidupan
gadis arab milikmu tetap suci bagai mata air yang jernih dan berkilau. Walau aku
tak berada disisimu, dan menurut adat aku telah menjadi isteri seorang lelaki,
namun, kesucian tubuh dan cintaku tetap terjaga.
Engkau adalah segalanya bagiku,
karena beni cinta yang engkau taburkan telah berakar dalam hatiku. Aku adalah
rembulan dan engkau adalah matahari.demi hari akhir, aku tidak akan menghianati
cinta sucimu, dan akan mati dibawah kakimu……..(hal 151)
Setelah membaca surat dari Layla,
Qays tidak mampu berkata-kata, linangan air matanya membasahi pipinya, dia
dibantu Zayd menemui Layla, dan akhirnya Qays mampu berdiri dihadapan Layla,
dia ditemani binatang-binatang buas yang menjaganya, Qays dan Layla tersenyum
lega karena mereka mampu bertemu kembali setelah sekian lama. Namun, Layla melihat
tingkah laku Qays yang tiba-tiba merobek-robek bajunya sendiri dan berlari-lari
meninggalkan Layla. Layla terkejut, dia merenungkan nasib majnun, meski begitu
ia tetap mencintai Qays dan berharap dipersuntingnya. Kemudian hari Layla sakit,
sebelum ajal menjemputnya Layla menceritakan semua perasaan pada ibunya.
…………….
Ibu! Waktuku telah tiba, engkau tidak perlu mencaciku lagi,
karena kasih sayangmu, engkau menyalahkan rasa cintaku. Cinta membuat diriku
merasakan kepedihan yang mendalam, dan mengeringkan sumber airmataku.
Ibu! Mungkin akan dating seorang
pemuda dan menangis di pusaraku. Jangan engkau melarangnya, biarkan dia disana
untuk menumpahkan semua penderitaannya. Karena bagiku dia adalah kehidupanku. Keberadaanku
baginya, sama seperti cahaya bagi siang. Cintanya begitu luhur, namun selalu
dihina oleh kekuatan waktu. Jangan engkau hina ketika engkau dengar ratapan
liarnya, karena pemuda itulah yang paling memahami nasibku……. (hal 189)
Layla menghelakan nafas terakhirnya,
Zayd langsung berlari mencari Qays. Dan alangkah hancurnya Qays bagai pencahan
tuang. Qays seakan tidak mampu menerima semua ini, dia menjerit kesedihannya
dan berlari ke pemakaman Layla.Qays mendekatkan dadanya pada pusara Layla, dan
menciumnya ribuan kali, membentur-benturkan kepalanya hingga tempat
disekitarnya dipenuhi darah, binatang buas masih setia mengawalnya hanya diam
mematung melihat majnun menangis. Berkali-kali orang menghibur dan membujuknya
untuk meninggalkan pemakaman, tapi Majnun tetap memeluk nisan Layla. Sayap-sayap
kematian telah mengajak Qays menemui Layla. Wajah Majnun terlihat seperti
sedang tertidut, kepalanya tergeletak diatas batu nisan, tubuhnya masih disisi
pusara. Binatan buas masih tetap menunggu, tidak ada satu orang pun tau bahwa
Majnun telah meninggal, diketahuinya setelah sekian lama setelah tubuh Majnun
menyisakan tulang-tulang yang berserakan. Tiada orang yang tau dan merasakan
bagaimana penderitaan dua insan yang begitu mencintai dan menjaga satu sama
lain. Qays dimakamkan disebelah pusara Layla.
Demikianlah sejarah percintaan
mereka yang meninggalkan kesetiaan dan segenggam penderitaan.
Khayalan telah menyatukan kita
berdua
Melebur menjadi satu
Menyatu dalam ketetapan cinta
Kita adalah dua tubuh dengan hati yang satu dan jiwa yang
sama
Tujuan:
Mengulas
kembali sejarah percintaan dua insan yang dipisah keadaan dan waktu serta
menjelaskan arti cinta sejati yang sesungguhnya, dan membuktikan bahwa penderitaan
seseorang akan tergantikan pada saat keabadian datang.
Manfaat:
Agar
ketika kita mengalami sebuah percintaan, kita tidak mencintai seseorang itu
secara berlebihan yang akan merusak akal sehat. Dan kita tahu bahwa cinta itu
datang dari tuhan untuk dijaga, bukan untuk diremehkan atau hanya melihat
fisiknya saja.
Sasaran:
Semua orang pasti mengalami percintaan, mulai dari masa remaja
sampai manula. Jika cinta itu tidak ada dalam diri kita, bagaimana dengan
dunia, sungguh bermuram durja dan pasti yang terjadi adalah perang
terus-menerus.
Sistematika penulisan:
Buku ini gambarnya kurang, yang banyak hanya tulisan, Gaya bahasanya
mudah dimengerti, karena tulisan buku ini termasuk tulisan sastra. Sistematika
penulisannya baik, tersusun mulai dari pendahuluan hingga penutup, alurya maju.
Dari buku ini, saya suka membacanya berulang kali, karena banyak syair-syair
dan kata mutiara dengan bahasa majasnya. Buku ini juga mencantumkan tentang sosial
agama serta sosial budaya dan biografi penulis buku fiksi itu sendiri. Buku ini
bisa menjadi motivasi percintaan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar